Senin, 14 November 2016

087 839 811 594 (xl)BUDIDAYA KELAPA SAWIT UNGUL


BUDIDAYA KELAPA SAWIT UNGUL

PENDAHULUAN :

Usaha Agribisnis kelapa sawit (Elaeis guineensis jacq.), baik yang berorientasi  pasar local maupun global akan berhadapan dengan tuntutan kualitas produk dan kelestarian lingkungan selain tentunya kuantitas produksi. PT. Natural Nusantara berusaha berperan dalam peningkatan produksi budidaya kelapa sawit secara kuantitas, dan tetap menjaga Kelestarian lingkungan (Aspek K-3)
SYARAT PERTUMBUHAN
 Lama penyinaran matahari rata-rata 5 – 7 jam/hari.
- curah hujan tahunan 1.500 -4.000 mm.
- Ketinggian tempat ideal antara 1-500 m dpl.
- Kecepatan angina 5-6 km/jam untuk membantu proses penyuburan.
- tanah yang baik mengandung banyak lempung, beraerasi baik & subur.
  Berdrainase baik, permukaan air tanah cukup dalam, solum cukup dalam (80 cm),
  pH tanah 4 – 6, dan tanah tidak berbau.
- Tanah latosol, Ultisol dan Aluvia. Tanah gambut saprik, dataran pantai dan muara sungai
  dapat dijadikan perkebunan kelapa sawit.
PEDOMAN TEKNIS BUDIDAYA DI AREAL PERSEMAIAN
 Tahap awal sebelum Kecambah kelapa sawit dimasukan ke babybag 12x23 cm yang berisi
  1,5 – 2,0 kg tanah lapisan atas yang telah diayak, maka diberikan pupuk dasar (TSP) sebanyak
  5 – 10 gram /babybag, lalu kecambah di tanam sedalam 2 cm.
- Tanah di babybag harus selalu lembab.
- penyusunan babybag ke dalam bedeng yang berukuran 10 m x 1,2 m (100x10 babybag)
  dengan jarak antar bedeng 0,5 m (pre-Nursery), satu bedengan bias memuat 1000 bibit
  kelapa sawit.
- Setelah berumur 3 – 4 bulan dan berdaun 4 – 5 helai bibit di pindahtanamkan
  ke areal Main Nursery.
- Bibit semain dipindahkan ke dalam polybag 40x50 cm setebal 0,11 mm yang berisi 15 – 30 kg
  tanah lapisan atas yang di ayak.
- Polibag diatur dalam posisi segitiga sama sisi dengan jarak 90x90  cm.
- Untuk areal Main Nursery 1 Ha memuat sebanyak 12.500 bibit kelapa sawit.
   Penyiraman dilakukan dua kali sehari. Penyiangan 2-3 kali sebulan atau sisesuaikan dengan     pertumbuhan gulma. Bibit tidak normal, berpenyakit dan mempunyai kelainan genetis harus dibuang. Seleksi dilakukan pada umur 4 dan 9 bulan.

Program pemupukan kelapa sawit di Pre-Nursery pembibitan kelapa sawit (2 tahap)


a)  Pemindahan bibit dari baby bag ke large bag pada umur 12 minggu. Jika pada
      umur 12 minggu bibit belum di pindahkan dan masih tetap di baby bag, maka
      pemupukan harus tetap di lanjutkan  dengan dosis umur 11 minggu yaitu,  40
      gram UREA + 15 g MOP / 15 liter air / 500 bibit setiap minggu sampai  bibit di
      pindahkan. Jangan memberikan pupuk dalam bentuk granular pada babybag.
b)  Setelah dipindahkan ke large bag. Maka dapat dilakukan pemupukan dengan
      pupuk granular mengikuti umur bibit 30 gr/pohon.

Program pemupukan di Main Nursery pembibitankelapa sawit (2 tahap)
·        

Bibit harus dipindahkan ke lapangan pada umur 11 – 14 bulan.   
·         Jumlah dosis pupuk per bibit per 52 minggu = 40 g TSP atau 50 g SP-36+ 50g Dolomit + 0,52 g urea + 0,06 g MOP + 8 g NPK 15.15.6.4 Compound + 228 g 12. 12. 17. 2. Compound
Catatan :
Akan lebih baik pembibitan diselingi/ditambah SUPERNASA 1 – 3 kali dengan dosis 1 botol untuk  + 400 bibit . 1 botol SUPERNASA diencerkan dalam 4 liter (4000 ml) air dijadikan larutan induk. Kemudian setiap 1 liter air diberi 10 ml larutan induk tadi untuk penyiraman.
PENANAMAN
ü  Tanaman penutup tanah (legume cover crop LCC) pada areal tanaman kelapa sawit sangat penting karena dapat memperbaiki sifat-sifat fisika, kimia dan biologi tanah, mencegah erosi, mempertahankan kelembaban tanah dan menekan pertumbuhan tanaman pengganggu (gulma).
ü  Penanaman tanaman kacang-kacangan sebaiknya dilaksanakan segera setelah persiapan lahan selesai.
ü  Lubang tanam di buat beberapa hari sebelum tanam dengan ukuran 60x60 cm sedalam 50 cm dan berikan pupuk TSP sebagai pupuk dasar sebanyak 300 gram/lubang tanam.
ü  Sisa galian tanah atas (20 cm) dipisahkan dari tanah bawah.
ü  Jarak 9x9x9 m areal nerbukit , dibuat teras melingkari bukit dan lubang berjarak 1,5 m dari sisi lereng.
ü  Penanaman pada awal musim hujan, setelah hujan turun dengan teratur.
ü  Sehari sebelum tanam, siram bibit dari polybag.
ü  Lepaskan plastic polybag hati-hati dan masukkan bibit kedalam lubang.
ü  Taburkan Natural GLIO yang sudah di kembang biakkan dalam pupuk kandang selama + 1 minggu di sekitar perakaran tanaman. Segera di timbun dengan galian tanah atas.
ü  Siramkan POC NASA secara merata dengan dosis + 5-10 ml/liter air setiap pohon atau semprot (dosis 3 – 4 tutup/tangki)
ü  Hasil akan lebih bagus jika menggunakan SUPERNASA.
ü  Adapun cara penggunaan SUPERNASA  adalah sebagai berikut : 1 botol SUPERNASA diencerkan dalam 2 liter (2000 ml) air dijadikan larutan induk.
ü  Kemudian setiap 1 liter air 10 ml larutan induk tadi untuk penyiraman setiap pohon.
PEMELIHARAAN TANAMAN
§  Penyulaman dan penjarangan
Tanaman mati disulam dengan bibit berumur 10 – 14 bulan, agar tidak terjadi persaingan sinar matahari dan mampu mengejar pertumbuhan tanaman lain.
§  Penyiangan
Tanaman di piringan harus bersih dari gulma.
Catatan :
ü   SP-36 adalah pupuk phosphate type “water-soluble” (quick-acting) dapat
menggantikan pupuk TSP dengan konversi TSP -> SP-36= 1,25x

Pemberian pupuk pertama sebaiknya pada awal musim hujan (September -
Oktober) dan kedua di akhir musim hujan (Maret-April).

A .Dosis POC NASA mulai awal tanam :


B. Dosis POC NASA pada tanaman yang sudah produksi tetapi tidak dari
               awal memakai POC NASA
Ø  Tahap 1 : Aplikasikan setiap 3 – 4  kali berturut-turut dengan interval
                  1-2 bln. Dosis 3-4 tutup/ pohon.
Ø  Tahap 2 : Aplikasikan setiap 3-4 bulan sekali. Dosis 3-4 tutup/ pohon
C. Dosis SUPERNASA 1-2 kali/tahun dengan dosis 1 botol untuk + 200 tanaman
     untuk usia tanaman 0-30 bulan.
D. Dosis SUPERNASA granule 30 kg s/d 50 Kg per hektar untuk usia tanaman
     0- 30 bulan.


§  Penunasan (pemangkasan daun)
Terdapat tiga jenis pemangkasan yaitu :
ü  Tunas pasir : Membuang daun kering, buah pertama atau buah busuk
 waktu tanaman berumur 16-20 bulan.
ü  Tunas produksi : Memotong daun yang tumbuhnya saling menumpuk
(songgo dua) untuk persiapan panen umur 20-28 bulan.
Tunas pemeliharaan / periodik : Membuang daun-daun songgo dua
secara rutin sehingga pada pokok tanaman hanya terdapat sejumlah
48-54 helai
§  Kastrasi Bunga
Memotong bunga-bunga jantan dan betina yang tumbunh pada waktu
tanaman berumur 12-24 bulan.

HAMA DAN PENYAKIT
 Hama
o   Hama Tungau.      Penyebab tungau merah (Oligounychus).     Bagian
diserang adalah daun. Gejala: daun menjadi mengkliap dan berwarna
bronz. Pengendalian: Semprot PESTONA atau Natural BVR.
o   Ulat setora. Penyebab: Setora nitens. Bagian yg di serang adalah daun.
Gejala: Daun dimakan sehingga tersisa lidinya saja.
Pengendalian: penyemprotan dengan PESTONA
Penyakit
o   Root Blast. Penyebab: Rhizoctonia lamelifera dan phythium Sp  Bagian
diserang akar. Gejala: bibit di persemaian mati mendadak, tanaman
dewasa layu dan mati , terjadai pembusukan akar. Pengendalian :
pembuatan persemain yang baik, pemberian air irigasi di musim kemarau
, penggunaan bibit berumur lebih dari 11 bulan. Pencegahan : Natural GLIO.
o   Garis kuning. Penyebab: Fusarium oxysporum. Bagian di serang daun.
Gejala: bulatan oval berwarna kuning pucat mengelilingin  warna coklat
pada daun, daun mongering. Pengendalian: inokulasi penyakit pada bibit
dan tanaman muda. Pencegahan : Natural GLIO sejak awal.
o   Dry Basal Rot. Penyebab: Ceratocyctis paradoxa. Bagian di serang batang.
Gejala: pelepah muda patah, daun membusuk dan kering : daun muda mati
dan kering. Pengendalian: adalah dengan menanam bibit yang telah diinokulasi penyakit.
Catatan : Jika pengendalian hama penyakit dengan menggunakan pestisida alami
belum mengatasi dapat dipergunakan pestisida kimia yang di anjurkan. Agar penyemprotan
pestisida kimia lebih merata dan tidak mudah hilang oleh air hujan tambahkan Perekat perata pembasah AERO 810, dosis + 5 ml (1/2 tutup)/tengki

PANEN
ü  Umur panen mulai berubah setelah 2,5 tahun dan masak 5,5 bulan setelah penyerbukan.
ü  Dapat dipanen jika tanaman telah berumur 31 tahun, setidaknya 60% buah telah matang panen, dari 5 pohon terdapat 1 tanda buah matang panen.
ü  Ciri tanda matang panen adalah sedikitnya ada 10 buah berondolan lepa/jatuh dari tandan yang beratnya + 5 kg ( atau 2 brondolan per kg).
ü  Pemberian pupuk SUPERNASA GRANULE dengan dosis 50 kg/Ha atau setara dengan 350 gram/pohon dan pemberian  POWER Nutrition dengan dosis 3 Kg/Ha atau setra dengan 25 gram/pohon, dapat di berikan bersamaan dengan pemberian pupuk NPK.
ü  Dosis pemberian pupuk NPK dapat di kurangi 25% hingga 50% dari dosis pemupukan yang direkomendasikan.
ü  Aplikasi pemupukan dilakukan minimal 2 kali dalam setahum, jika ingin lebih optimal dapat dilakukan 3 kali dalam 1 tahun.
       BUDIDAYA KELAPA SAWIT UNGUL
  1. CARA ORDER PUPUK NASA:
  2.  SMS/Telp. untuk komfirmasi Pemesanan 087839811594 
  3. Kemudian akan dihitung jumlah biaya yang harus ditransfer. 
  4. Transfer biaya pembelian+biaya kirim (bila diperlukan)sesuai pemesanan melalui RekeningBCA:0600567403 A/N Purwo sugiyanto  
  5. Rekening BRI:015301019957538 A/N Purwo sugiyanto  
  6. Nama dan Alamat pengirimannya via hp.08783981159

TEKNIS BUDIDAYA KELAPA SAWIT DENGAN TEKNOLOGI NASA



PENDAHULUAN :

Usaha Agribisnis kelapa sawit (Elaeis guineensis jacq.), baik yang berorientasi  pasar local maupun global akan berhadapan dengan tuntutan kualitas produk dan kelestarian lingkungan selain tentunya kuantitas produksi. PT. Natural Nusantara berusaha berperan dalam peningkatan produksi budidaya kelapa sawit secara kuantitas, dan tetap menjaga Kelestarian lingkungan (Aspek K-3)
SYARAT PERTUMBUHAN
 Lama penyinaran matahari rata-rata 5 – 7 jam/hari.
- curah hujan tahunan 1.500 -4.000 mm.
- Ketinggian tempat ideal antara 1-500 m dpl.
- Kecepatan angina 5-6 km/jam untuk membantu proses penyuburan.
- tanah yang baik mengandung banyak lempung, beraerasi baik & subur.
  Berdrainase baik, permukaan air tanah cukup dalam, solum cukup dalam (80 cm),
  pH tanah 4 – 6, dan tanah tidak berbau.
- Tanah latosol, Ultisol dan Aluvia. Tanah gambut saprik, dataran pantai dan muara sungai
  dapat dijadikan perkebunan kelapa sawit.
PEDOMAN TEKNIS BUDIDAYA DI AREAL PERSEMAIAN
 Tahap awal sebelum Kecambah kelapa sawit dimasukan ke babybag 12x23 cm yang berisi
  1,5 – 2,0 kg tanah lapisan atas yang telah diayak, maka diberikan pupuk dasar (TSP) sebanyak
  5 – 10 gram /babybag, lalu kecambah di tanam sedalam 2 cm.
- Tanah di babybag harus selalu lembab.
- penyusunan babybag ke dalam bedeng yang berukuran 10 m x 1,2 m (100x10 babybag)
  dengan jarak antar bedeng 0,5 m (pre-Nursery), satu bedengan bias memuat 1000 bibit
  kelapa sawit.
- Setelah berumur 3 – 4 bulan dan berdaun 4 – 5 helai bibit di pindahtanamkan
  ke areal Main Nursery.
- Bibit semain dipindahkan ke dalam polybag 40x50 cm setebal 0,11 mm yang berisi 15 – 30 kg
  tanah lapisan atas yang di ayak.
- Polibag diatur dalam posisi segitiga sama sisi dengan jarak 90x90  cm.
- Untuk areal Main Nursery 1 Ha memuat sebanyak 12.500 bibit kelapa sawit.
   Penyiraman dilakukan dua kali sehari. Penyiangan 2-3 kali sebulan atau sisesuaikan dengan     pertumbuhan gulma. Bibit tidak normal, berpenyakit dan mempunyai kelainan genetis harus dibuang. Seleksi dilakukan pada umur 4 dan 9 bulan.

Program pemupukan kelapa sawit di Pre-Nursery pembibitan kelapa sawit (2 tahap)


a)  Pemindahan bibit dari baby bag ke large bag pada umur 12 minggu. Jika pada
      umur 12 minggu bibit belum di pindahkan dan masih tetap di baby bag, maka
      pemupukan harus tetap di lanjutkan  dengan dosis umur 11 minggu yaitu,  40
      gram UREA + 15 g MOP / 15 liter air / 500 bibit setiap minggu sampai  bibit di
      pindahkan. Jangan memberikan pupuk dalam bentuk granular pada babybag.
b)  Setelah dipindahkan ke large bag. Maka dapat dilakukan pemupukan dengan
      pupuk granular mengikuti umur bibit 30 gr/pohon.

Program pemupukan di Main Nursery pembibitankelapa sawit (2 tahap)
·        

Bibit harus dipindahkan ke lapangan pada umur 11 – 14 bulan.   
·         Jumlah dosis pupuk per bibit per 52 minggu = 40 g TSP atau 50 g SP-36+ 50g Dolomit + 0,52 g urea + 0,06 g MOP + 8 g NPK 15.15.6.4 Compound + 228 g 12. 12. 17. 2. Compound
Catatan :
Akan lebih baik pembibitan diselingi/ditambah SUPERNASA 1 – 3 kali dengan dosis 1 botol untuk  + 400 bibit . 1 botol SUPERNASA diencerkan dalam 4 liter (4000 ml) air dijadikan larutan induk. Kemudian setiap 1 liter air diberi 10 ml larutan induk tadi untuk penyiraman.
PENANAMAN
ü  Tanaman penutup tanah (legume cover crop LCC) pada areal tanaman kelapa sawit sangat penting karena dapat memperbaiki sifat-sifat fisika, kimia dan biologi tanah, mencegah erosi, mempertahankan kelembaban tanah dan menekan pertumbuhan tanaman pengganggu (gulma).
ü  Penanaman tanaman kacang-kacangan sebaiknya dilaksanakan segera setelah persiapan lahan selesai.
ü  Lubang tanam di buat beberapa hari sebelum tanam dengan ukuran 60x60 cm sedalam 50 cm dan berikan pupuk TSP sebagai pupuk dasar sebanyak 300 gram/lubang tanam.
ü  Sisa galian tanah atas (20 cm) dipisahkan dari tanah bawah.
ü  Jarak 9x9x9 m areal nerbukit , dibuat teras melingkari bukit dan lubang berjarak 1,5 m dari sisi lereng.
ü  Penanaman pada awal musim hujan, setelah hujan turun dengan teratur.
ü  Sehari sebelum tanam, siram bibit dari polybag.
ü  Lepaskan plastic polybag hati-hati dan masukkan bibit kedalam lubang.
ü  Taburkan Natural GLIO yang sudah di kembang biakkan dalam pupuk kandang selama + 1 minggu di sekitar perakaran tanaman. Segera di timbun dengan galian tanah atas.
ü  Siramkan POC NASA secara merata dengan dosis + 5-10 ml/liter air setiap pohon atau semprot (dosis 3 – 4 tutup/tangki)
ü  Hasil akan lebih bagus jika menggunakan SUPERNASA.
ü  Adapun cara penggunaan SUPERNASA  adalah sebagai berikut : 1 botol SUPERNASA diencerkan dalam 2 liter (2000 ml) air dijadikan larutan induk.
ü  Kemudian setiap 1 liter air 10 ml larutan induk tadi untuk penyiraman setiap pohon.
PEMELIHARAAN TANAMAN
§  Penyulaman dan penjarangan
Tanaman mati disulam dengan bibit berumur 10 – 14 bulan, agar tidak terjadi persaingan sinar matahari dan mampu mengejar pertumbuhan tanaman lain.
§  Penyiangan
Tanaman di piringan harus bersih dari gulma.
Catatan :
ü   SP-36 adalah pupuk phosphate type “water-soluble” (quick-acting) dapat
menggantikan pupuk TSP dengan konversi TSP -> SP-36= 1,25x

Pemberian pupuk pertama sebaiknya pada awal musim hujan (September -
Oktober) dan kedua di akhir musim hujan (Maret-April).

A .Dosis POC NASA mulai awal tanam :


B. Dosis POC NASA pada tanaman yang sudah produksi tetapi tidak dari
               awal memakai POC NASA
Ø  Tahap 1 : Aplikasikan setiap 3 – 4  kali berturut-turut dengan interval
                  1-2 bln. Dosis 3-4 tutup/ pohon.
Ø  Tahap 2 : Aplikasikan setiap 3-4 bulan sekali. Dosis 3-4 tutup/ pohon
C. Dosis SUPERNASA 1-2 kali/tahun dengan dosis 1 botol untuk + 200 tanaman
     untuk usia tanaman 0-30 bulan.
D. Dosis SUPERNASA granule 30 kg s/d 50 Kg per hektar untuk usia tanaman
     0- 30 bulan.


§  Penunasan (pemangkasan daun)
Terdapat tiga jenis pemangkasan yaitu :
ü  Tunas pasir : Membuang daun kering, buah pertama atau buah busuk
 waktu tanaman berumur 16-20 bulan.
ü  Tunas produksi : Memotong daun yang tumbuhnya saling menumpuk
(songgo dua) untuk persiapan panen umur 20-28 bulan.
Tunas pemeliharaan / periodik : Membuang daun-daun songgo dua
secara rutin sehingga pada pokok tanaman hanya terdapat sejumlah
48-54 helai
§  Kastrasi Bunga
Memotong bunga-bunga jantan dan betina yang tumbunh pada waktu
tanaman berumur 12-24 bulan.

HAMA DAN PENYAKIT
 Hama
o   Hama Tungau.      Penyebab tungau merah (Oligounychus).     Bagian
diserang adalah daun. Gejala: daun menjadi mengkliap dan berwarna
bronz. Pengendalian: Semprot PESTONA atau Natural BVR.
o   Ulat setora. Penyebab: Setora nitens. Bagian yg di serang adalah daun.
Gejala: Daun dimakan sehingga tersisa lidinya saja.
Pengendalian: penyemprotan dengan PESTONA
Penyakit
o   Root Blast. Penyebab: Rhizoctonia lamelifera dan phythium Sp  Bagian
diserang akar. Gejala: bibit di persemaian mati mendadak, tanaman
dewasa layu dan mati , terjadai pembusukan akar. Pengendalian :
pembuatan persemain yang baik, pemberian air irigasi di musim kemarau
, penggunaan bibit berumur lebih dari 11 bulan. Pencegahan : Natural GLIO.
o   Garis kuning. Penyebab: Fusarium oxysporum. Bagian di serang daun.
Gejala: bulatan oval berwarna kuning pucat mengelilingin  warna coklat
pada daun, daun mongering. Pengendalian: inokulasi penyakit pada bibit
dan tanaman muda. Pencegahan : Natural GLIO sejak awal.
o   Dry Basal Rot. Penyebab: Ceratocyctis paradoxa. Bagian di serang batang.
Gejala: pelepah muda patah, daun membusuk dan kering : daun muda mati
dan kering. Pengendalian: adalah dengan menanam bibit yang telah diinokulasi penyakit.
Catatan : Jika pengendalian hama penyakit dengan menggunakan pestisida alami
belum mengatasi dapat dipergunakan pestisida kimia yang di anjurkan. Agar penyemprotan
pestisida kimia lebih merata dan tidak mudah hilang oleh air hujan tambahkan Perekat perata pembasah AERO 810, dosis + 5 ml (1/2 tutup)/tengki

PANEN
ü  Umur panen mulai berubah setelah 2,5 tahun dan masak 5,5 bulan setelah penyerbukan.
ü  Dapat dipanen jika tanaman telah berumur 31 tahun, setidaknya 60% buah telah matang panen, dari 5 pohon terdapat 1 tanda buah matang panen.
ü  Ciri tanda matang panen adalah sedikitnya ada 10 buah berondolan lepa/jatuh dari tandan yang beratnya + 5 kg ( atau 2 brondolan per kg).
ü  Pemberian pupuk SUPERNASA GRANULE dengan dosis 50 kg/Ha atau setara dengan 350 gram/pohon dan pemberian  POWER Nutrition dengan dosis 3 Kg/Ha atau setra dengan 25 gram/pohon, dapat di berikan bersamaan dengan pemberian pupuk NPK.
ü  Dosis pemberian pupuk NPK dapat di kurangi 25% hingga 50% dari dosis pemupukan yang direkomendasikan.
ü  Aplikasi pemupukan dilakukan minimal 2 kali dalam setahum, jika ingin lebih optimal dapat dilakukan 3 kali dalam 1 tahun.
  1. CARA ORDER PUPUK NASA:
  2.  SMS/Telp. untuk komfirmasi Pemesanan 087839811594 
  3. Kemudian akan dihitung jumlah biaya yang harus ditransfer. 
  4. Transfer biaya pembelian+biaya kirim (bila diperlukan)sesuai pemesanan melalui RekeningBCA:0600567403 A/N Purwo sugiyanto  
  5. Rekening BRI:015301019957538 A/N Purwo sugiyanto  
  6. Nama dan Alamat pengirimannya via hp.08783981159

Selasa, 04 Oktober 2016

BUDIDAYA LADA



A. PENDAHULUAN
Tanaman lada termasuk tanaman rempah yang banyak dikembangkan di Indonesia. PT. Natural Nusantara berupaya membantu meningkatkan produksi tersebut secara kuantitas, kualitas dengan tetap menjaga kelestarian lingkungan(Aspek K-3).

B. SYARAT PERTUMBUHAN

1. Iklim

Curah hujan 2.000-3.000 mm/th.
Cukup sinar matahari (10 jam sehari).
Suhu udara 200C – 34 0C.
Kelembaban udara 50% – 100% lengas nisbi dan optimal antara 60% – 80% RH.
Terlindung dari tiupan angin yang terlalu kencang.
2. Media Tanam

Subur dan kaya bahan organik
Tidak tergenang atau terlalu kering
pH tanah 5,5-7,0
Warna tanah merah sampai merah kuning seperti Podsolik, Lateritic, Latosol dan Utisol.
Kandungan humus tanah sedalam 1-2,5 m.
Kelerengan/kemiringan lahan maksimal ± 300.
Ketinggian tempat 300-1.100 m dpl.
C. PEDOMAN TEKNIS BUDIDAYA 1. Pembibitan

Terjamin kemurnian jenis bibitnya
Berasal dari pohon induk yang sehat
Bebas dari hama dan penyakit
Berasal dari kebun induk produksi yang sudah berumur 10 bulan-3 tahun (Kebutuhan bibit ± 2.000 bibit tanaman perhektar)
2. Pengolahan Media Tanam a. Cangkul 1, pembalikan tanah sedalam 20-30 cm. b. Taburkan kapur pertanian dan diamkan 3-4 minggu. Dosis kapur pertanian :

Pasir dan Lempung berpasir: pH Tanah 3,5 ke 4,5 = 0,6 ton/ha; pH Tanah 4,5 ke 5,5 = 0,6 ton/ha; pH Tanah ke 6,5 = 0,9 ton/ha.
Lempung: pH Tanah 3,5 ke 4,5 = 0,6 ton/ha; pH Tanah 4,5 ke 5,5 = 1,7 ton/ha; pH Tanah ke 6,5 = 0,9 ton/ha.
Lempung Berdebu: pH Tanah 3,5 ke 4,5 = 0,6 ton/ha; pH Tanah 4,5 ke 5,5 = 2,6 ton/ha; pH Tanah ke 6,5 = 3,2 ton/ha.
Lempung Liat: pH Tanah 3,5 ke 4,5 = 0,6 ton/ha; pH Tanah 4,5 ke 5,5 = 3,4 ton/ha; pH Tanah ke 6,5 = 4,2 ton/ha.
Cangkul 2, haluskan dan ratakan tanah
3. Teknik Penanaman

Sistem penanaman adalah monokultur (jarak tanam 2m x 2m). Tetapi juga bisa ditanam dengan tanaman lain.
Lubang tanam dibuat limas ukuran atas 40 cm x 35 cm, bawah 40 cm x 15 cm dan kedalaman 50 cm.
Biarkan lubang tanam 10-15 hari barulah bibit ditanam.
Waktu penanaman sebaiknya musim penghujan atau peralihan dari musim kemarau kemusim hujan, pukul 6.30 pagi atau 16.30-18.00 sore.
Cara penanaman : menghadapkan bagian yang ditumbuhi akar lekat kebawah, sedangkan bagian belakang (yang tidak ditumbuhi akar lekat) menghadap keatas.
Taburkan pupuk kandang 0,75-100 gram/tanaman yang sudah dicampur NATURAL GLIO.
Tutup lubang tanam dengan tanah galian bagian atas yang sudah dicampur pupuk dasar : NPK 20 gram/tanaman. Untuk tanah kurang subur ditambahkan 10 gram urea, 7 gram SP 36 dan 5 gram KCl per tanaman. Segera setelah ditutup, disiram SUPERNASA :
Alternatif 1 : 0,5 sendok makan/ 5 lt air per tanaman.
Alternatif 2 : 1 botol SUPER NASA diencerkan dalam 2 liter (2000 ml) air dijadikan larutan induk. Kemudian setiap 1 liter air diberi 20 ml larutan induk tadi untuk penyiraman setiap pohon.
Pemberian SUPERNASA selanjutnya dapat diberikan setiap 3 – 4 bulan sekali.
D. PEMELIHARAAN TANAMAN

1. Pengikatan Sulur Panjat Panjatkan pada tiang panjat menggunakan tali. Ikatkan dengan dipilin dan dilipat hingga mudah lepas bila sulur tumbuh besar dan akar lekatnya sudah melekat pada tiang panjat.

2. Penyiangan dan Pembumbunan Penyiangan setiap 2-3 bulan sekali. Pembubunan dilakukan bersamaan dengan penyiangan.

3. Perempalan Perempalan atau pemangkasan dilakukan pada: Batang, dahan, ranting yang tidak produktif, atau terserang hama dan penyakit. Pucuk/batang, karena tidak memiliki dahan yang produktif Batang yang sudah tua agar meremajakan tanaman menjadi muda kembali.

4. Pemupukan Susulan Penyemprotan POC NASA (4-5 tutup) atau POC NASA (3- 4 tutup) + HORMONIK (1 tutup) per tangki setiap 3 – 4 minggu sekali. Pupuk makro diberikan sebagai berikut :
Umur (bln)
Pupuk makro (gram/pohon)
Urea
SP 36
KCl
3-4
35
15
20
4-5
35
20
25
5-6
35
25
30
6-17
35
30
35
5. Pengairan dan Penyiraman Pada musim kemarau penyiraman sehari sekali di sore hari. Pada musim hujan tidak boleh tergenang.
6. Pemberian Mulsa Usia 3-5 bulan, beri mulsa alami berupa dedaunan tanaman tahunan ataupun alang-alang.
7. Penggunaan Tajar ( Ajir) Sebaiknya gunakan tajar mati dari bahan kayu. Pangkal tajar diruncingkan, bagian ujung dibuat cabang untuk menempatkan batang lada yang panjangnya telah melebihi tinggi tajar. Panjang tajar 2,5-3 m.
E. HAMA DAN PENYAKIT
1. Hama
Hama Penggerek Batang (Laphobaris Piperis) Ciri: berwarna hitam, ukuran 3-5 mm. Serangga dewasa lebih suka menyerang bunga, pucuk daun dan cabang-cabang muda. Akibat lain bila Nimfanya (serangga muda) berupa ulat akan menggerek batang dan cabang tanaman. Pengendalian: memotong cabang batang; penyemprotan PESTONA.
Hama bunga Ciri: Serangga dewasa berwarna hitam, sayap seperti jala, terdapat tonjolan pada punggungnya, ukuran panjang tubuh 4,5 mm dan lebar 3 mm. Gejala: serangga dewasa/nimfanya menyerang bunga berakibat bunga rusak dan menimbulkan kegagalan pembuahan, siklus hidupnya sekitar 1 bulan. Pengendalian: penyemprotan PESTONA, serta dapat juga dilakukan pemotongan pada tandan bunga.
Hama buah Ciri: serangga berwarna hijau kecoklatan, nimfanya tidak bersayap, berwarna bening dan empat kali ganti kulit. Serangga dewasa atau nimfanya menyerang buah sehingga isi buah kosong. Telurnya biasa diletakkan pada permukaan daun atau pada tandan buah, siklus hidupnya sekitar 6 bulan. Pengendalian: musnahkan telur dipermukaan daun, cabang, dan yang ada pada tandan buah. Gunakan PESTONA.
2. Penyakit
Penyakit busuk pangkal batang (BPP) Penyebab: jamur Phytopthora Palmivora Var Piperis. Gejala: awal serangan sulit diketahui. Bagian yang mulai terserang pada pangkal batang memperlihatkan garis-garis coklat kehitaman dibawah kulit batang. Daun berubah warna menjadi layu (berwarna kuning). Pencegahan : penanaman jenis lada tahan penyakit BPB. Pemberian Natural Glio sebelum dan sesudah tanam.
Penyakit kuning Penyebab: tidak terpenuhinya berbagai persyaratan agronomis serta serangan cacing halus (Nematoda) Radhophalus similis yang mungkin berasosiasi dengan nematoda lain seperti Heterodera SP, M incognita dan Rotylenchus Similis. Gejala: menyerang akar tanaman lada, ditandai menguningnya daun lada, akar rambut mati, membusuk dan berwarna hitam. Cepat lambatnya gejala daun menguning tergantung berat ringannya infeksi dan kesuburan tanaman. Pengendalian: Pemberian pupuk kandang, pengapuran, pemupukan tepat dan seimbang, pemberian Natural Glio sebelum dan sesudah tanam.
Catatan : Jika pengendalian hama penyakit dengan menggunakan pestisida alami belum mengatasi dapat dipergunakan pestisida kimia yang dianjurkan. Agar penyemprotan pestisida kimia lebih merata dan tidak mudah hilang oleh air hujan tambahkan Perekat Perata AERO 810, dosis + 5 ml (1/2 tutup)/tangki. Penyemprotan herbisida (untuk gulma) agar lebih efektif dan efisien dapat di campur Perekat Perata AERO 810, dosis + 5 ml (1/2 tutup)/tangki.
F. PANEN
1. Ciri dan Umur Panen
Panen pertama umur tiga tahun atau kurang. Ciri-ciri: tangkainya berubah agak kuning dan sudah ada buah yang masak (berwarna kuning atau merah).
2. Cara Panen Pemetikan dari buah bagian bawah hingga buah bagian atas, dengan mematahkan persendian tangkai buah yang ada diketiak dahan.
3. Periode Panen Periode panen sesuai iklim setempat, jenis lada yang ditanam dan intensitas pemeliharaan
INFORMASI DAN PEMESANAN PUPUK ORGANIK NASA SILAHKAN HUBUNGI PURWO SUGIYANTO 087839811594 BBM.22EBDA52

Sabtu, 30 Juli 2016

CARA PETANI TAMBAK BANDENG SUKSES



A. Pendahuluan.
‪‎Ikan‬ ‪‎bandeng‬ merupakan adalah satu jenis ikan penghasil protein hewani yang tinggi. Usaha intensifikasi budidaya perlu dilakukan karena rendahnya produktivitas bandeng dengan budidaya tradisional. Peningkatan sistem budidaya juga harus diikuti dengan penggunaan teknologi baru. PT. NATURAL NUSANTARA memberikan teknologi yang diperlukan dengan prinsip K-3 (Kuantitas, Kualitas dan Kesehatan).
B. Sifat Biologis.
Bandeng termasuk golongan ikan herbivora , yaitu bangsa ikan yang mengkonsumsi tumbuhan. Mampu mencapai berat rata-rata 0,6 kg pada usia 5 – 6 bulan dengan pemeliharaan yang intensif.
C. Penyediaan Benih.
Usaha penyediaan benih (nener) secara kontinyu dengan mutu yang baik dilakukan dengan sistem pembenihan yang intensif pada kolam-kolam khusus, yaitu kolam pematangan induk, pemijahan, peneneran dan kolam pembsaran. Dalam pembenihan bandeng langkah yang dilakukan adalah :
1. Pemilihan induk yang unggul . Induk yang unggul akan menurunkan sifat-sifatnya kepada keturunannya, Ciri-cirinya :
bentuk normal, perbandingan panjang dan berat ideal.
ukuran kepala relatif kecil, diantara satu peranakan pertumbuhannya paling cepat.
susunan sisik teratur, licin, mengkilat, tidak ada luka.
gerakan lincah dan normal.
umur antara 4 5 tahun.
2. Merangsang pemijahan. Kematangan gonad dapat dipercepat dengan penggunaan hormone LHRH (Letuizing Hormon Releasing Hormon) melalui suntikan.`
3. Memijahkan. Pemijahan adalah pencampuran induk jantan dan berina yang telah matang sel sperma dan sel telurnya agar terjadi pengeluaran (ejakulasi) kedua sel tersebut. Setelah berada di air, sel sperma akan membuahi sel telur karena sistem pembuahan ikan terjadi diluar tubuh. Pemijahan dilakukan pada kolam khusus pemijahan
4. Penetasan. Telur yang mengapung di kolam pemijahan menetas setelah 24 – 26 jam dari awal pemijahan. Telur yang telah menetas akan menjadi larva yang masih mempunyai cadangan makanan dari kuning telur induk, sehingga belum perlu diberi pakan hingga umur 2 hari.
5. Merawat benih. Setelah berumur 9 hari larva dipindahkan ke kolam pemeliharaan nener . Di kolam ini larva diberi pakan alami berupa plankton. Penumbuhan plankton dilakukan dengan pemupukan dan pengapuran. Pemupukan yang tepat adalah dengan pupuk TON (TAMBAK ORGANIK NUSANTARA) yang mengandung berbagai unsur mineral penting untuk pertumbuhan plankton, diantaranya N,P,K,Mg, Ca, Mg, S, Cl dan lain-lain, juga dilengkapi dengan asam humat dan vulvat yang mempu memperbaiki tekstur dan meningkatkan kesuburan tanah dasar kolam dengan dosis 5 botol TON/ha atau 25 gr (2 sendok makan)/100 m2 pada tiap pemasukan air. Waktu peneneran 8 minggu. Pakan yang diberikan berupa tepung dengan kadar protein 30%. Untuk menambah nutrisi pakan pencampuiran pakan dengan VITERNA Plus dan POC NASA dengan dosis 2 – 5 /kg pakan sangat diperlukan, karena VITERNA Plus dan POC NASA mengandung unsur-unsur mineral penting yaitu N,P,K,Mg,Fe,Ca,S dan lain-lain, vitamin, protein dan lemak untuk meningkatkan pertumbuhan dan kesehatan nener.

D. Pembesaran.
Setelah dipelihara di kolam peneneran selama 8 minggu, bandeng dipindahkan ke kolam pembesaran. Teknis pembesaran bandeng meliputi beberapa hal, yaitu :
1. Persiapan lahan.
Tahap ini dilakukan sebelum pemasukan air. kegiatan yang dilakukan selama persiapan lahan adalah :
Pencangkulan dan pembalikan tanah. Bertujuan untuk membebaskan senyawa dan gas beracun sisa budidaya hasil dekomposisi bahan organik baik dari pakan maupun dari kotoran. Selain itu dengan menjadi gemburnya tanah, aerasi akan berjalan dengan baik sehingga kesuburan lahan akan meningkat.
Pengapuran. Selama budidaya, ikan memerlukan kondisi keasaman yang stabil yaitu pada pH 7 – 8. Untuk mengembalikan keasaman tanah pada kondisi tersebut, dilakukan pengapuran karena penimbunan dan pembusukan bahan organik selama budidaya sebelumnya menurunkan pH tanah. Pengapuran juga menyebabkan bakteri dan jamur pembawa penyakit mati karena sulit dapat hidup pada pH tersebut. Pengapuran dengan kapur tohor, dolomit atau zeolit dengan dosis 1 TON /ha atau 10 kg/100 m2.
Pemupukan. Fungsi utama pemupukan adalah memberikan unsur hara yang diperlukan bagi pertumbuhan pakan alami, memperbaiki struktur tanah dan menghambat peresapan air pada tanah-tanah yang tidak kedap air (porous). Penggunaan TON untuk pemupukan tanah dasar kolam sangat tepat, karena TON yang mengandung unsur-unsur mineral penting, dan asam-asam organik utama memberikan bahan-bahan yang diperlukan untuk peningkatan kesuburan lahan dan pertumbuhan plankton. Dosis pemupukan TON adalah 5 botol/ha atau 25 gr/100 m2.
Pengelolaan air. setelah dilakukan pemupukan dengan TON, air dimasukkan hingga setinggi 10 – 20 cm kemudian dibiarkan beberapa hari, untuk menumbuhkan bibit-bibit plankton. Air dimasukkan hingga setinggi 80 cm atau menyesuaikan dengan kedalaman kolam.
2. Pemindahan nener. Setelah plankton tumbuh (warna air hijau) dan kecerahan sedalam 30 – 40 cm, nener di kolam peneneran dipindahkan ke kolam pembesaran dengan hati-hati dengan adaptasi terhadap lingkungan yang baru.
3. Pemberian Pakan. Sesuai dengan sifat bandeng yang termasuk hewan herbivore, maka ikan ini suka memakan tumbuh-tumbuhan yang ada di kolam. Tumbuhan yang disukai bandeng adalah lumut, ganggang dan klekap. Untuk mempercepat pertumbuhan, perlu pakan buatan pabrik, dengan standar nutrisi yang dibutuhkan untuk tumbuh optimal dengan kadar protein minimal 25 – 28 %.
Sebagai hewan herbivora, unsur tumbuhan dalam pakan memang sangat penting,. Oleh karena itu, sebaiknya bahan baku unsur protein harus didominasi dari sumber tumbuhan atau nabati dari tepung kedelai atau bungkil kacang tanah. Sebagai acuan pemberian pakan adalah : Jumlah pakan 5 – 7% dari berat badan. Waktu pemberian 3 – 5 kali sehari.
Penambahan VITERNA Plus dan POC NASA pada pakan buatan merupakan pilihan yang tepat untuk meningkatkan pertumbuhan dan ketahanan tubuh bandeng. VITERNA Plus dan POC NASA mengandung mineral-mineral penting, protein, lemak dan vitamin akan menambah kandungan nutrisi pakan. Dosis pencampuran VITERNA Plus dan POC NASA dengan pakan buatan adalah 2 – 5 cc/kg pakan dengan cara :
Timbang pakan sesuai dengan kebutuhan bandeng.
Basahi pakan dengan sedikit air agar pencampuran dengan VITERNA Plus dan POC NASA dapat merata.
Campurkan VITERNA Plus dan POC NASA sesuai jumlah pakan yang diberikan dengan dosis 2 – 5 cc/kg pakan.
Pakan siap untuk diberikan.
Pemberian pakan dengan menyebarkan secara merata pada seluruh areal kolam, agar seluruh bandeng dapat pakan.
V. Pengendalian hama dan Penyakit.
Penyakit penting yang sering menyerang bandeng adalah :
Pembusukan sirip, disebabkan oleh bakteri. Gejalanya sirip membusuk dari bagian tepi.
Vibriosis. Disebabkan oleh bakteri Vibriosis sp , gejalanya nafsu makan turun, pembusukan sirip, dan bagian perut bengkak oleh cairan.
Penyakit oleh Protozoa. Gejalanya nafsu makan hilang, mata buta, sisik terkelupas, insang rusak, banyak berlendir.
Penyakit oleh cacing renik. Sering disebabkan oleh cacing Diploctanum yang menyerang bagian insang sehingga menjadi pucat dan berlendir.
Penyakit dari bakteri, parasit dan jamur disebabkan lingkungan yang buruk, dan penurunan daya tahan tubuh ikan. Penurunan kualitas lingkungan disebabkan oleh tingginya timbunan bahan organik dan pencemaran lingkungan dari aliran sungai.. Bahan organik dan kotoran akan membusuk dan manghasilkan gas-gas yang berbahaya. Ketahanan tubuh ikan ditentukan konsumsi nutrisinya. Maka cara pengendalian penyakit harus menitikberatkan pada kedua faktor tersebut. Untuk mengatasi penurunan kualitas lingkungan dapat dilakukan perlakuan TON dengan dosis 5 botol/ha atau 25 gr (2 sendok makan)/100 m2 yang mengandung unsur mineral dan asam-asam organik penting yang mampu menetralkan berbagai gas berbahaya hasil pembusukan kotoran dalam kolam dan unsur mineral akan menyuburkan plankton sebagai pakan alami. Untuk mencukupi kebutuhan nutrisi dalam jumlah yang ideal, perlu diberikan pakan dengan standar protein yang sesuai serta dengan penambahan/pencampuran VITERNA Plus dan POC NASA pada pakan buatan. VITERNA Plus dan POC NASA dengan kandungan mineral-mineral penting, vitamin, asam organic, protein dan lemak akan menambah dan melengkapi nutrisi pakan, sehingga ketahanan tubuh untuk hidup dan berkembang selalu tercukupi.
Produk penunjang budidaya perikanan yang diproduksi PT Natural Nusantara (NASA) ini juga sangat efektif untuk menunjang budidaya perikanan berbagai jenis, seperti : Budidaya Ikan Belut, Budidaya Ikan Gurame, Budidaya Ikan Lele, Budidaya Ikan Mas, Budidaya Ikan Mujair, Budidaya Ikan Nila, Budidaya Ikan Patin, Pembesaran Ikan Bawal Air Tawar, Pembenihan Ikan Tawes, Budidaya Ikan Gurame, Budidaya Ikan Hias Live Bearer, Budidaya Ikan Hias Tetra, Budidaya Ikan Hias Koki Mutiara, Budidaya Ikan Hias Manfish, Budidaya Ikan Hias Oscar, Pengenalan Jenis Ikan Hias, Budidaya Ikan laut di Jaring Apung, dan lain sebagainya
INFORMASI DAN PEMESANAN PUPUK ORGANIK NASA SILAHKAN HUBUNGI PURWO SUGIYANTO 087839811594 BBM.22EBDA52

Kamis, 28 Juli 2016

TEKNIS BUDIDAYA UDANG DENGAN PRODUK NASA


Udang merupakan komoditas yang penting dalam dunia perikanan,karena nilai ekonominya yang tinggi.Ada du jenis udang yang dibudidayakan di Indonesia yaitu udang Windu (Penaeus monodon ) dan udang Vanemei ( Lithopenaeus vannamei ).

PT.NATURAL NUSANTARA sejak tahun 2002 telah mempunyai paket teknologi organik ( ramah lingkungan ) yang memenuhi aspek  K-3 ( Kuantitas ,Kualitas dan Kelestrian ) untuk meningkatkan produktivitas sekligus melestarikan kawasan budidaya tambak udang.Teknologi NASA tersebut berupa pupuk TAMBAK ORGANIK NUSANTARA (TON ),suplemen nutrisi VITERNA,POC NASA,HORMONIK serta PROBIOTIK TANGGUH.
Berikut ini adalah beberapa hal teknis yang perlu diperhatikan dalam budidaya udang:
1.Lokasi Lahan.
Lokasi lahan yang bik untuk budidaya udang adalah daerah pantai dengan tanah bertekstur liat atau liat berpsir yang mampu menahan air dn tidak mudah pecah. Ada air payau dengan salinitas 0-33 ppt dengan suhu optimal 26-300 C dan bebas dari pecemran bahan kimia berbhaya. Mmempunyai saluran air masuk/inlet dan saluran air keluar/outlet yang terpisah.Muah mendapatkan sarana produksi yaitu benur,pakan,pupuk,obat-obatan dan lain sebagainya.Pada tambak intensif harus tersedia  aliran listrik dariPLN atau Generator sendiri.
2.Berdasarkan intensitas dan padat tebar,budidaya udang dibedakan menjadi:
-Tambak  tradisional dengn ciri biasanya di lahan pasang surut yang umumnya berupa rawa bakau.Ukuran dan bentuk petakan tidakteratur,belum menggunakan pupuk dan obat-obatan dan program pakan tidak teratur dan pada tebar rendah.
-Tambak semi intensif dengan cir ilokasi tambak sudah pada daerah terbuka ,bentuk petakan teratur tetapi masih berupa petakan yang luas ( 1-3 ha/petakan),padat penebaran masih rendah,penggunakan pakan buatan masih sedikit.
-Tambak intensif dengan ciri lokasi di daerah yang khusus tambak dalam wilayah yang luas,ukuran petakan dibuat kecil 9 ukuran dari 1ha ),padat tebar tinggi ,sudah menggunakan kincir,pupuk serta program pakan yang baik.

PENGOLAHAN LAHAN
Untukmendapatkan hasil panen yang baik,sekaligus menjaga kelestarian lingkngan budidaya,wajib hukumnya dilakukan pengolahan lahan yang meliputi:
*Pengangkatan lumpur. Setiap budidaya pasti meninggalkan sisa budidaya  yang berupa lumpur organik dari sisa pakan
,kotoran udang dan dariudang yang mati.Kotoran tersebut harus dikeluarkan dengan cara mekanis menggunakan cangkul atau penyedotan dengan pompa air/alkon.
*Pembalikan Tanah.Tanah didasar tambak perlu diblik  dengan cara dibajak atau dicangkul untuk membebaskan  gas-gas racun (H2S dan Amoniak) yang terikt pada partikel tanah,untuk menggemburkan tanah dan membunuh bibit penyakit karena terkena siar matahari/ultra violet.
*Pengeringan.Setelah tanah dikapur,biarkan hingga tanah menjadi kering dan pecah-pecah,untuk membunuh bibit penyakit.
*Perlakuan pupuk TON dan ProbiotikTANGGUH .untuk mengembalikan kesuburan lahan serta mempercepat prtumbuhan pakan alami/plankton dan menetralkan senyawa beracun,lahan perlu beri perlakuan TON dosis 2,5 kg /ha dan Probiotik TANGGUH ke dalam air,kemudian aduk hingga larut.Siramkan secara merata  ke seluruh areal lahan tambak.
*Pemasukan air.Setelah dibiarkan 3 hari,air dimasukan ke tambak.Pemasukan air yang pertama setinggi 10-25 cm dan biarkan 3 hari ,untuk memberi kesempatan bibit-bibit plankton tumbuh setelah dipupuk dengan TON.Setelah itu air dimasukan hingga minimal 80 cm.Perlakuan  saponen bisa dilakukan untuk membunuh ikan yang masuk ke tambak.air dikapur dengan dolomit atau zeolit dengan dosis 300kg/ha.

PEMILIHAN BENUR
Benur (benih uran/udan ) mempunyai tingkat kehidupan (survival Rate/SR )yang tinggi,daya adaptasi terhadap perubahan lingkungan yang tinggi,berwarna tegs/tidak pucat baik hitam maupun merah,aktif bergerak,sehat dan mempunyai alat tubuh yang lengkap.Penebaran Benur dilkukan setelah air jadi,yaitu setelah plankton tumbuh yang tandai dengan kecerahan air kurang lebih 30-40 cm.Penebaran benur ilakukan dengan hati-hati,karena benur masih lemah mudh stres pada lingkungan yang baru.
Tahab penebaran benur adalah:
~Adaptasi suhu.Plastik wadah benur direndam selama 15-30 menit,agar terjadi penyesuaian suhu antara air di kolam dan didalam plastik.
~Adaptasi udara.Plastik dibuka dan dilipat pada bagian ujungya.Biarkan terbuka dan terapung selama 15-30 menit agar terjadi pertukaran udara dari udara bebas dengan udara dalan air di plastik.
~Adaptasi kadar garam/salinitas.Dilakukan dengan cara memercikan air tambak ke dalam plastik selama 10menit.Tujuan agar erjadi percampuran air yang berbeda salinitasnya,sehingga benur dapat menyesuaikan dengan salinitas air tambak.
~Pengeluaran benur .Dilakukan dengan memasukkan sebagian ujung plastik ke air tambak.Biarkan benur keluar sendiri ke air tambak.Sisa benur yng tidak keluar sendiri,dapat dimasukkan ke tambak dengan hati-hati/perlahan.

PEMELIHARAAN
Pada awal budidaya,sebaiknya di daerah penebaran benur disekat dengn waringatau hapa,untuk memudahkan pemberian pakan.Sekt tersebut dapat diperluas sesuai dengan perkembangan udang,seelah 1 minggu sekat dapat dibuka.Pada bulan pertama yang harus diperhtikan adalah kulitas air harus selalu stabil.Penambahan atau pergantian air dilakukan dengan hati-hati karena udang  masih rentan terhdapperubahan kondisi air yang drastis.Untukmenjaga kualitas dan kestabilan air,setiappenambahan air baruatau maksimal 15 hari sekali di beri perlakuan TON dengan dosis 1 kg/ha dan Probiotik TANGGUH dosis 1/lt/ha.
Mulaiumur 3 hari dilakukan sampling untuk menetahui perkembangan udang melalui pertambahn berat udang.Udang yang normal pada umur 30 hari sudah mencapai size ( jumlah udang kg) 250-300.Untuk selanjutnya sampling dilakukan tiap 7-10 hari sekali.Produksi bahan organik terlarut yang berasal dari kotoran dan sika pakan sudah cukup tinggi,oleh karena itu sebaiknya air diberi perlakuan kapur zeolit setiap beberapa hari dengan dosis 400kg/ha.Pada etiap pergantian atau penambahan air baru tetap diberi perlakun TON dengan dosis 1 kg/ha.
Mulai umur 60 hari ke atas,yang harus diperhatikan adalah manajemen  kualitas air dan kontrol kondisi udang.Setiap menunjukkan kondisi air yang jelek ( ditandai dengan warna keruh,kecerahan rendah ) secepatnya dilakukan pergantian air dan perlakuan TON 1 kg/ha.Jika konsentrasi bahan organik dalam tambak yang semakin tinggi,bahan organik dalam tambak semakin tinggi,menyebabkan kualitas air/lingkungan hidup udang juga semakin menurun,akibatnya udang mudah mengalami stres,yang ditandai dengan tidak mau makan,koto dan diam di sudut-sudut tambak,yang dapat menyebabkan terjadinya kanibalisme.


PANEN
Udang dipanen disebabkan karena tercapainya bobot panen (panen normal ) atau karena terserang penyakit (panen emergency ).anen normal biasanya dilakukan pada umur 90 hari,dengan size norml rat-rata 40-50.Sedang panen emergency dilakukan jika udang terserang penyakit yang ganas dalam skala  luas (misalnya SEMBV/bintik putih ).Selin itu  ada panen persial yaitu untuk  mengurangi populasi /kepadatan uadang.Udang yang dipanen dengn syarat mutu yang baik adalah yang  b erukuran  besrkulit keras, bersih,licin, bersinar,alat tubuh lengkap,masih hidup dan segar,saat panen yang baik yaitu malam atau dini hari,agar udang tidak terkena panas sinar matahar sehingga udang yang sudah mati tidak cepat menjadi merah/rusak.

PAKAN UDANG
Pakan udang ada dua macam,yaitu pakan alami yang terdiri dari plankton,siput-siput kecil,cacing kecil,anak serangga dan detritus (sisa hewan dan tumbuhan yang membusuk).Pakan yang lain adalah pakan buatan berupa pelet.Pada budidaya  yang semi intensif apalgi intensif,pakan buatan sangat diperlukan.Karena  dengan padat penebaran yang tinggi,pakan alami yang ada tidak akan cukup yang mengakibatkan pertumbuhan uadang terhambat dan akan  timbul sifat kanibalisme udang.Pakan  pelet udang dibedakan dengan penomoran yang berbeda sesuai dengan pertumbuhan udang yang normal.
Kebutuhan pakan awal untuk setiap 100.000 ekor adalah  kg ,selanjutny tiap 7 hari sekal ditambah 1 kg hingga umur 30 hari.Mulai umur tersebut dilakukan cek ancho dengan jumlah pakan di ancho 10% dari pakan yang diberikan.Waktu angkat ancho untuk size 1000-166 adalah 3jam,size 166-66 adalah 2,5 jam,size 66-40 adalah 2,5 jam dan kurang dari 40 adalah 1,5 jam dari pemberian.nutrisi lengkap dalam pakan.untuk itu,pakan harus dicampur dengan VITERNA,POC NASA dan HORMONIK yang mengandung mineral –mineral penting,protein,lemak dan vitamin dengan dosis 1 tutup botol ( 10 cc)/2-3 kg pakan.Untuk meratakan pncampuran,bisa ditambah dengan air secukupnya.

Penyakit
Beberapa penyakit yang sering menyerang udang adalah:
*Bintik Putih pada udang windu.disebabkan oleh infeksi virus SEMBV (Systemic Ectodermal Mesodermal Baculo Virus ).seranganya sangat cepat,dalam beberapa jam saja seluruh populasi udang dalam satu kolam dapat mati.Gejalanya:jika udang masih hidup,berenang tidak teratur dipermukaan dan jika menambrak tanggul langsung mati.adanya bintik putih di cangkang (Carapace ),sangat peka terhadap perubahan lingkungan.Virus dapat berkembang  biak dengan cepat pada lingkungan tambak yng jelek dan kemudian menyebar liwat inang,yaitu kepiting dan udang liar,terutama udang putih.Belum ada obat untuk penyakit ini.Cara mengatasinya:Dengan diusahakan agar tidak ada kepiting dan udang-udang liar masuk ke kolm budidaya.
*Penyakit Myonecrosis atau yang lebih dikenal dengan penyakit MIO pada udang Vanamei.Ciri khas dari udang terkena penyakit ini adalah adanya kematian disebagian/beberapa segmen tubuh udang.Udang yang baru terkena Mio,akan terlihat ada bagian tubuh udang yang dagingnya berubah warna menjadi putih kemudian lama kelamaan akan membesar dan menyebar ke segmen di sampingnya yang lama kelamaan  berubah warna menjadi merah.Akibat dari penyakit ini adalah adanya kematian udang secara kontinyu.Kematian biasanya akan meningkat  pada saat bulan purnama atau bulan mati.Penyakit ini biasanya muncul pada musim panas  pada tambak yang mempunyai kulitas air kurang stabil dan terjadi fluktuasi suhu pada pH yang terlalu tinggi,yaitu tambak dengan kepadatan plankton tinggi dan sukar dikendalikan.Selain itu juga sering muncul pada tambak dengan kandungan bahan organik tinggi.
*Penyakit kotoran putih (White Feces Desease ).Penyakit ini bisa menyerang baikpada udang eindu maupun pada udang vanamei.Ciri yang khas dari penyakit ini adalah munculnya kotoran putih yang mengambang i tambak.Penyebab munculny penyakit ini adalah penurunan kualitas air akibat akumulasi bahan organik di tambak.Gejala penyakit dimulai dari penurunan nafsu makan,biasanya muncul pada usia di atas 60 hari.Walaupun tidak mematikan secara langsung,namun bisa merugikan karena udang menjadi keropos,daging tidak maksimal dan angka konversi pakan tinggi.


Penyakit tadi walaupun penyebab langsungnya adalah infeksi agen pembawa penyakit,namunpemicuny adalah penurunan kualitas air.Oleh karena itu pemberin TON secara rutin ke air tambak dengan dosis 12 kg per ha tiap15 hari sekali mutlak harus dilakukan.Akan lebih baik lagi juga disertai dengan pemberin Probiotik TANGGUH dosis1/2 lt/ha yang berperan menguraikan bahan organik menjdi bahan tidak beracun.Selain itu kapur Dolomit atau zeolit juga harus diberikan pada saat tertentu yang memerlukan,misalnya setelah air baru,setelah hujan,pada saat udang mengambang dan lain-lain.