Rabu, 23 Januari 2019

PEMUPUKAN DAN PEMELIHARAAN TANAMAN HIAS KADAKA









PEMUPUKAN DAN PEMELIHARAAN TANAMAN HIAS KADAKA

Di kesempatan pada hari ini kami selaku admin www.stokisnasaindonesia.com dan https://infopertaniannasa.blogspot.com/  ingin berbagi tips tentang cara budidaya tanaman hias KADAKA yang pada saat ini lagi Boming-bomingnya di Indonesia. Tanaman hias saat ini memang banyak penggemarnya yang sebagaimana tanaman hias dijadikan sebagai pelengkap dekorasi rumah, dekorasi tata panggung, dan dekorasi lainnya yang tak terkecuali TANAMAN HIAS KADAKA  yang dijadikan sebagai pengisi ruang ruang yang kosong, untuk itu yuk mari diksimak artikel berikut ini..  





Sedikit Tentang Tanaman Hias Kadaka

Asplenium nidus atau kadaka ini juga biasa disebut pakis sarang burung. daunnya melengkung panjang 25-35 cm, seperti bulu ayam yang halus. Pada umumnya daun tumbuh merentang dan dibagian pucuk batang tumbuh bulu-bulu halus. Bagian pucuk tanaman seolah-olah kosong karena tanpa ada daun dan membentuk semacam sarang burung. Tanaman ini memiliki daya toleransi yang baik terhadap lingkungan.



Klasifikasi Kadaka

Beberapa klasifikasi kadaka yang sering kita kenal adalah sebagai berikut :


Klasifikasi ilmiah Kadaka :


Kingdom  : Plantae.

Divisi  : Pteridophyta.

Kelas  : Polypodiopsida.

Ordo  : Polypodiales.

Famili  : Aspleniaceae.

Genus  : Asplenium.

Spesies  : Asplenium nidus.



Intensitas Cahaya

Kadaka tumbuh baik jika berada ditempat yang teduh atau ditempat yang mendapat cahaya matahari tidak langsung. jika menggunakan cahaya buatan, maka kadaka memerlukan cahaya yang berkekuatan 150 f.c.



Intensitas Suhu

Kadaka ini membutuhkan suhu lingkungan siang hari 68 - 72 derajat fahrenheit dan pada malam hari membutuhkan suhu 50 - 55 derajat fahrenheit.



Perbanyakan Kadaka

Perbanyakan tanaman pada Kadaka yang paling sederhana adalah dengan cara memisahkan bagian tanaman yang masih muda dari rumpun induknya. Tanaman ini juga dapat diperbanyak dengan spora atau partikel reproduksi yang menyerupai debu menempel pada permukaan daun bagian bawah.



Penanaman Kadaka

Untuk penanaman atau budidaya kadaka atau paku sarang burung ini sangatlah mudah. 
Bibit kadaka dapat anda peroleh dari spora yang dihasilkan oleh tanaman kadaka itu sendiri. 
Pembibitan tersebut dapat dilakukan dengan cara mengumpulkan daun yang sudah memiliki spora yang masak dan biasanya berwarna cokelat, setelah itu masukan ke kantong plastik.

Dalam kantong plastik tersebut, spora kadaka akan terlepas dan berkumpul jadi satu. Spora tersebutlah yang akan menjadi bibit tanaman kadaka atau paku sarang burung.
Jangan lupa siapkan pula media tanam untuk menanam spora tersebut, 
media tanam yang biasa digunakan untuk menanam spora kadaka yaitu moss, 
siapkan wadah berisi moss yang sudah diberi ventilasi udara secukupnya. 
Lalu jangan lupa siapkan tutup wadah. Sebelum spora ditabur sebaiknya basahi terlebih dahulu media tanam hingga lembab, setelah itu taburkan spora secara merata pada media tanam yang sudah disiapkan.

Selanjutnya, tutup wadah dengan plastik agar tetap lembab, lalu lakukan penyiraman dengan mengunakan spayer halus, setelah itu diamkan selama beberapa hari maka spora-spora tersebut akan berubah menjadi kecambah.

Setelah media tanam terlihat sesak karena sudah banyak kecambah yang tumbuh, anda dapat langsung memindahkan kecambah kadaka tersebut ke tempat tanam lainnya seperti pada pot atau polybag tanam. 
Media tanam yang digunakan dapat berupa arang, cacahan pakis, dan sabut kelapa.



Pupuk NASA yang digunakan 

Pupuk Greenstar .1
POC NASA .2
Hormonik .3
AERO-810 .4



Dosis dan Aplikasi :


1 sachet GREENSTAR (20 gram) tangki semprot (14 s/d 17 liter air)
1 musim tanam (4 bulan) 2-3 kali aplikasi, interval penyemprotan per 15 hari.
Untuk tanaman hias 1-2 gram per liter air, aplikasi 1-2 minggu sekali disemprotkan ke daun atau disiram ke media tanam.




Pemupukan

Pupuk diberikan ke tanaman hias yang sedang dibudidaya untuk membantu pertumbuhan tanaman hias agar maksimal. 
Proses pemupukan yang direkomendasikan untuk tanaman hias ialah:

Gunakan POC NASA sebanyak 3 tutup botol ditambah dengan 1 tutup botol HORMONIK dan dicampur dengan 15 liter air kemudian aduk sampai merata. Masukkan campuran tersebut ke dalam tangki semprot.
Selanjutnya larutan tersebut disemprotkan ke daun dan batang tanaman hingga merata atau disiramkan ke media tanam, dengan takaran 200ml larutan tersebut per tahun
Pemupukan dilakukan setiap 1 minggu sekali dengan cara disemprot atau disiram ke media tanam
Untuk hasil yang maksimal, tambahkan AERO-810 dengan dosis 0,5 botol. Karena fungsi dari AERO-810 ini sebagai perekat, perata, dan pembasah agar pupuk yang sudah disiramkan ke tanaman supaya tidak hilang jika terkena guyuran air hujan.




Perawatan Tanaman Hias Kadaka

Merawat tanaman kadaka terbilang cukup mudah, anda hanya perlu memperhatikan penempatan tanaman. Tanaman sebaiknya ditempatkan pada tempat yang teduh dan lembab agar bisa hidup dengan baik. Jaga kelembaban media tanam kadaka dengan cara melakukan penyiraman secara rutin.



Penyiraman Rutin

Tanaman hias sebaiknya disiram secara rutin setiap hari untuk menjaga kebutuhan air yang akan digunakan dalam proses fotosintetis. Intensitas penyinaran oleh sinar matahari juga perlu disesuaikan dengan tanaman hias kadaka atau paku sarang burung.





Itu tadi sedikit informasi tentang tips PEMUPUKAN DAN PEMELIHARAAN TANAMAN HIAS KADAKA dari kami semoga bermanfaat..

sekian dan terimakasih 


Demikianlah artikel ini kami buat semoga bermanfaat bagi para sahabat petani Indonesia dan Penggemar Tanaman Hias Indonesia
Untuk informasi lebih jelasnya dan konsultasi  lebih lanjut maupun order Produk NASA mohon untuk menghubungi  kami di :


Hp : 0878 3965 8300

atau kunjungi website kami di :



Kamis, 06 September 2018

HORMONIK UNTUK MEMPERCEPAT PERTUMBUHAN TANAMAN


Merupakan produk hormon yang bersifat organik dengan senyawa alami Zat Penggatur Tumbuh (ZPT) yang dapat mengatur pertumbuhan tanaman.

Manfaat Hormonik :
- Mempercepat proses pertumbuhan pada tanaman dan akar
- Memperbesar dan memperbanyak umbi
- Mengurangi kerontokan pada bunga dan buah
- Memperbesar dan memperbanyak buah
- Meningkatkan keawetan hasil panen
- Memicu dan meningkatkan bobot hewan ternak



Cara Penggunaan Hormonik :
1. Kocok dahulu sebelum digunakan
2. Dosis : 1-2 cc HORMONIK per liter air
3. Penggunaan lebih optimal jika dicampur dengan POC NASA (dosis 1 tutup Hormonik + 3 tutup POC Nasa) per tangki.
4. Penggunaan dengan cara disemprotkan terutama pada daun tanaman hingga merata
5. Tanaman semusim: mulai pertengahan usia tanaman hingga menjelang reproduksi, yaitu sebelum berbunga/berumbi (3-6 kali semprot). Penggunaan semenjak awal tanam lebih baik
6. Tanaman tahunan: 2-4 bulan sebeleum berbunga/berbuah (3-6 kalo semprot)
7. Unggas : 1-2 tutup Hormonik + 1 botol (500 cc) POC Nasa/Viterna Plus, kemudian 1-2 cc dari campuran tersebut dilarutkan dalam 1 liter air minum diberikan ke unggas setiap hari 1 kali.

Jumat, 08 Juni 2018

TANYA JAWAB PENGENDALI HAMA TANAMAN ALAMI (PESTONA)



1. Tanya : Apakah PESTONA ?
Jawab : PESTONA adlah Pengendali Hama Tanaman Alami (organic) yang mengandung senyawa/unsur aktif sebagai pengendali hama dan penyakit tanaman. Oleh karena terbuat dari bahan alami maka pengendali hama ini bersifat mudah terurai (biodegradable) di alam sehingga tidak mencemari lingkungan dan aman bagi manusia, ternak peliharaan, dan lingkungan karena residunya mudah hilang.
PESTONA selain bersifat kontak dan sistemik, biasanya lebih bersifat “pukul dan lari” (bit and run),yaitu apabila diaplikasikan akan membunuh hama pada waktu itu dan setelah hamanya terbunuh maka residunya akan cepat menghilang di alam. Dengan demikian, tanaman akan terbebas dari residu pestisida dan aman untuk dikonsumsi. Jika setelah disemprot hama masih ada, maka PESTONA selain bersifat kontak, juga mengandalkan yang bersifat sistemik, artinya bahan aktif PESTONA yang disemprot akan masuk keseluruh tubuh tanaman sehingga tanaman akan aman dan hama tidak akan berani untuk mengganggu tanaman.

2. Tanya : Apa saja kandungan yang terdapat didalam PESTONA ?
Jawab : Kandunga PESTONA adalah Azadirahtin, Alkaloid, Ricin (asam ricin), Polifenol, Eugenol, Sitral, Nikotin, Annonain, dll. Kandungan yang ada dalam PESTONA kalau dibedah maka akan terdapat lebih dari 59 unsur/senyawa aktif. Maka dengan kandungan tersebut PESTONA dapat mencegah terjadinya kekebalan (resisten) pada tubuh hama, dapat mengendalikan serangan hama dan penyakit pada tanaman.

3. Tanya : Mengapa PESTONA dapat berfungsi sebagai insektisida dan fungisida ?
Jawab : Karena PESTONA ada kandungan Azadarahtin, Eugenol, nikotin dan ricin yang dapat digunakan untuk mengendalikan serangan hama. Jamur dan bahkan bias digunakan untuk nematode parasite tanaman dan akarisida.

4. Tanya : Bagaimana daya kerja PESTONA terhadap serangan hama dan penyakit, apa bersifat kontak atau sistemik ?
Jawab : PESTONA dapat bersifat kedua-duanya. Daya kerja PESTONA membunuh hama secara perlahan namun pasti yang sangat berpengaruh terhadap hama pada daya makan, pertumbuhan, daya reproduksi, proses ganti kulit, menghambat perkawinan, dan dapat bekerja secara sistemik. Sedang senyawa annonain dan nikotin dapat bersifat sebagai penolak, racun kontak, racun perut.

5. Tanya : Mengapa dosis yang digunakan dalam PESTONA sangat tinggi, segingga kadang petani enggan menggunakannya ?
Jawab : PESTONA mrupakan pestisida alami yang diekstrak berasal dari berbagai tumbuhan dan bahan alami lainnya, yang nota bene kepekatannya juga kurang. Tapi bila dibuat lebih pekat lagi nanti bias dosis jadi rendah tapi harga juga bertambah karena ongkos produksi juga mahal. Kalai kita cermati secara lebih dalam, dibandingkan dengan pestisida kimia pasti lebih murah.
Sebagai contoh Pestisisda A dosisnya lebih kecil missal 2-3 cc/lt, tapi harga per 500 ml-nya sebesar Rp. 80.000,-. Kalau pertangki 20 cc maka harga Pestiisda A/tangki sebesar 20/500 x Rp. 80.00,- = Rp. 3.200,-. Sedang PESTONA pertangki 50 cc makan harga Pestona/tangki sebesar 50/500 x Rp. 27.500,- = Rp. 2.750,-. Jadi masih murah PESTONA.

6. Tanya : Apakah PESTONA bias dicampurkan dengan POC NASA dan HORMONIK ?
Jawab : Bisa. Hal ini juga akan berdampak lebih baik terhadap tanaman karena disamping untuk menyuburkan tanaman juga untuk mencegah serangan hama dan penyakit karena PESTONA mengandung senyawa polifenol.

7. Tanya : Apakah PESTONA juga bias dicampur dengan AERO 810 (perekat-perata-pembasah) ?
Jawab : Bisa. Bahkan akan lebih efektif dan efisien dalam penyemprotannya sehingga bisa menghemat biaya penyemproan.

8. Tanya : Apa saja hama-haa yang bisa dikendalikan dengan PESTONA ?
Jawab : Hama-hama yang bisa dikendalikan dengan PESTONA antara lain, wereng, walang sangit, ulat, uret, kutu-kutuan, dll.

9. Tanya : Kapan sebaiknya PESTONA digunakan untuk pengendalian hama ?
Jawab : Sebaiknya digunakan pada sore hari sekitar jam 16.00-18.00, karena hama terutama ulat menyerang pada malam hari, selain itu juga untuk mengantisipasi agar kandungan formulanya tidak cepat terurai oleh sinar matahari sehingga PESTONA mempunyai sifat sistemik. Dan bisa disemprotkan pada pagi hari sekitar pukul 05.30-07.00 karena hama masih aktif menyerang tanaman sehingga lebih bersifat kontak terhadap hama.



10. Tanya : Apakah PESTONA berbahaya atau beracun bagi manusia atau hewan ?
Jawab : Tidak. PESTONA adalah pengendali hama alami non kimia yang aman bagi lingkungan, manusia dan hewan.

11. Tanya : PESTONA mengandung senyawa Polifenol. Apakag manfaat dari senyawa tersebut ?
Jawab : Kandungan senyawa Polifenol bermanfaat untuk melindungi tanaman dari serangan hama dan penyakit.

12. Tanya : Apa bahan baku PESTONA dan proses pembuatannya ?
Jawab : Bahan baku PESTONA berasal dari bahan-bahan alami, senyawa tumbuh-tumbuhan yang akif digunakan untuk mengendalikan hama dan penyakit, minyak atsiri, bumbu-bumbu alami/oerganik serta pelarut alami.

13. Tanya : Bagaimana cara kerja PESTONA ?
Jawab : PESTONA dapat bekerja sebagai insektisida (pembunuh serangga), fungisisda (pembunuh jamur), nematisida (pembunuh nematoda), bakterisida (pembunuh bakteri), akarisida (pembunuh tungau), bahkan sebagai antivirus.
PESTONA dapat bekerja secara kontak dan sistemik, yaitu dapat meresap ke seluruh bagian tanaman. Dengan demikian, bagian tanaman manpun yang diserang oleh hama, maka tanaman tersebut sudah mempunyai ketahanan terhadap hama.
Secara lebih spesifik, cara kerja PESTONA dalam mengendalikan hama (OPT), khususnya hama serangga yaitu mengganggu proses fisiolofi/pertumbuhan serangga. Proses fisiologi yang dapat diganggu oleh kerja PESTONA, yaitu proses penetasan telur (ovisidal) dan proses metamorphosis, yaitu pergantian kulit pada stadia larva (pergantian instar), atau pada proses perubahan larva menjadi pupa sehingga pupa gagal terbentuk, atau dapat juga pada waktu pergantian pupa menjadi serangga tidak dapat keluar dari kepompong dan akhirnya mati. Namun ada pula pupa yang berhasil menjadi serangga dewasa dan banyak pula ditemukan serangga dewasa yang cacat, seperti sayapnya tidak tumbuh sempurna sehingga tidak mampu terbang. PESTONA mempengaruhi regulasi neuroendokrin pada juvenile hormone dan molting hormone (hormone penetasan). PESTONA juga dapat bekerja sebagai chemosterilant, yaitu mengakibatkan kemandulan pada organisme hama sasaran sehingga serangga kawin tetapi tidak akan menghasilkan keturunan.

14. Tanya : Bagaiman efektifitas cara kerja PESTONA dibandingkan dengan Pestisida Kimiawi ?
Jawab : Efektifitas kerja PESTONA tidak secepat pestisida kimiawi, karena PESTONA adalah pengendali hama organic sehingga sehingga membutuhkan waktu agak lama. Biasanya efektifitas kerjanya akan terlihat dengan matinya hama yang terken PESTONA langsung antara 2-3 hari, paling lama 4-7 hari setelah penyemprotan. Nanum perlu dicatat PESTONA memiliki beberapa sifat kerja, antara lain bersifat sistemik, sehingga tidak perlu khawatir tanaman akan aman dari serangan hama. Selain itu PESTONA berfungsi antifidan, mencegah serangga hama memakan tanaman setelah tanaman disemprot (menghentikan napsu makan).

15.  Tanya: Apa fungSi dari kandungan yang ada pada PESTONA? .
Jawab: Fungsi PESTONA sebagai pengendali hama organik memang tidak dapat langsung mematikan serangga yang disemprot, namun secara umum berfungsi:
- Repelen, yakni penolak kehadiran serangga, disebabkan baunya yang menyengat.
- Antifi, mencegah serangga memakan tanaman yang telah disemprot
- Mencegah serangga meletakkan telur dan menghentikan proses penetasan telur
- Racun saraf
- Mengacaukan sistem hormon di dalam tubuh serangga
- Atraktan, sebagai pemikat kehadiran serangga yang dapat dipakai pada perangkap serangga
- Beberapa bahan aktifnya dapat berperan untuk mengendalikan pertumbuhan jamur (fungisida), dan bakteri (baktetisida) perusak tanaman. 

16. Tanya: Bagaimana cara penggunaan PESTONA untuk tanaman?
Jawab: Cara penggunaan untuk tanaman dapat disiramkan maupun disemprotkan. Dosis Penggunaannya 5-10 cc / liter air. Penyemprotan/penyiraman dilakukan minimal 3 kali per musim, lebih baik dilakukan sesering mungkin sesuai kebutuhan clan untuk mendapatkan basil yang maksimal.

17. Tanya: Apa kelebihan dan kekurangan PESTONA sebagai pengendali hama organik ?
      Jawab: ⧫Kelebihan PESTONA:
-          Degradasi (penguraian) cukup cepat, sehingga mengumgi resiko pencemaran tanah dan air.
-          Memiliki aksi yang tergolong cepat, bekerja cepat dalam menghentikan nafsu makan OPT atau mencegah OPT merusak lebih banyak, walaupun jarang menyebabkan kematian scgera pada serangga.
-          Toksisitas (daya racun) rendah terhadap mamalia, sehingga aman bagi manusia dan hewan peliharaan. Biasanya digunakan untuk mengendalikan hama digudang penyimpanan biji-bijian dan bahan makanan.
-          Selektivitas tinggi, memiliki spektrum pengendalian hama yang luas, dapat mengendalikan berbagai OPT.
-          Cara kerja berbeda dengan pestisida kimiawi, menyebabkan PESTONA dapat diandalkan mengatasi OPT yang tclah kebal terhadap pestisida sintetis (kimiawi).

    ⧫Kelemahan PESTONA:
-          Residu yang cepat hilang dianggap kurang efektif, karena terurai cepat, aplikasi PESTONA menuntut ketepatan waktu dan mungkin harus dilakukan dengan lebih sering.
-          Pengaruh PESTONA setelah digunakan terlihat antara 2-7 hari, saat ini petani masih menginginkan pestisida kimiawi yang pengaruhnya segera terlihat dalam mematikan OPT. 
18. Tanya: Mengapa harus menggunakan Pengendali Hama Alami (PESTONA) pada tanaman yang terserang hama bukan dengan cara kimiawi?
Jawab : Karena penggunaan pestisida sintetis yang bersifat kimia di lingkungan pertanian menjadi masalah yang sangat dilematis. Di satu pihak dengan penggunaan pestisida sintetis maka hasil produksi yang diakibatkan Organisme Pengganggu Tanaman (OPT) dapat ditekan, namun di lain pihak penggunaan yang kurang bijaksana sering menimbulkan dampak negatif antara lain :
- Sering terjadinya kasus keracunan
- Polusi lingkungan (kontaminasi air tanah, udara, dan dalam jangka panjang terjadi kontaminasi terhadap manusia dan kehidupan lainnya)
- Matinya musuh alami dari OPT
- Terjadinya serangan hama sekunder
- Kematian organisme yang menguntungkan
- Perkembangan serangga hama menjadi resisten, resurgen, ataupun toleran terhadap pestisida kimiawi
- Sulit diterimanya hasil pertanian yang mengandung residu bahan kimia di pasar nasional maupun internasional. 

Kamis, 07 Juni 2018

BUDIDAYA TANAMAN TEMBAKAU DENGAN PRODUK NASA


PENDAHULUAN
Tembakau adalah komoditi yang cukup banyak dibudidayakan petani. Untuk mendapatkan hasil panen yang optimal PT. Natural Nusantara berusaha membantu meningkatkan produksi secara kuantitas, kualitas dan kelestarian ( Aspek K-3 ).

SYARAT PERTUMBUHAN
Tanaman tembakau, curah hujan rata-rata 2000 mm/tahun, Suhu udara yang cocok antara 21-32 derajat C, pH antara 5-6. Tanah gembur, remah, mudah mengikat air, memiliki tata air dan udara yang baik sehingga dapat meningkatkan drainase, ketinggian antara 200-3.000 m dpl.

PEMBIBITAN
- Jumlah benih + 8-10 gram/ha, tergantung jarak tanam.
- Biji utuh, tidak terserang penyakit dan tidak keriput
- Media semai = campuran tanah (50%) + pupuk kandang matang yang telah dicampur dengan Natural GLIO (50%). Dosis pupuk untuk setiap meter persegi media semai adalah 70 gram DS dan 35 gram ZA dan isikan pada polybag
- Bedeng persemaian diberi naungan berupa daun-daunan, tinggi atap 1 m sisi Timur dan 60 cm sisi Barat.
- Benih direndam dalam POC NASA 5 cc per gelas air hangat selama 1-2 jam lalu dikeringanginkan.
- Kecambahkan pada baki/tampah yang diberi alas kertas merang atau kain yang dibasahi hingga agak lembab. Tiga hari kemudian benih sudah menampakkan akarnya yang ditandai dengan bintik putih. Pada stadium ini benih baru dapat disemaikan.
- Siram media semai sampai agak basah/lembab, masukan benih pada lubang sedalam 0,5 cm dan tutup tanah tipis-tipis.
- Semprot POC NASA (2-3 tutup/tangki) selama pembibitan berumur 30 dan 45 hari.
- Bibit sudah dapat dipindahtanamkan ke kebun apabila berumur 35-55 hari setelah semai.

PENGOLAHAN MEDIA TANAM
- Lahan disebari pupuk kandang dosis 10-20 ton/ha lalu dibajak dan dibiarkan + 1 minggu
- Buat bedengan lebar 40 cm dan tinggi 40 cm. Jarak antar bedeng 90-100 cm dengan arah membujur antara timur dan barat.
- Lakukan pengapuran jika tanah masam
- Siram SUPERNASA dengan dosis : 10 - 15 botol/ha
- Alternatif 1 : 1 botol SUPER NASA diencerkan dalam 3 liter air dijadikan larutan induk. Kemudian setiap 50 lt air diberi 200 cc larutan induk tadi untuk menyiram bedengan.
Alternatif 2 : setiap 1 gembor vol 10 lt diberi 1 peres sendok makan SUPER NASA untuk menyiram + 10 meter bedengan.
Sebarkan Natural GLIO 1-2 sachet dicampur pupuk kandang matang 25-50 kg secara merata ke bedengan

PEMBUATAN LUBANG TANAM
Apabila diinginkan daun yang tipis dan halus maka jarak tanam harus rapat, sekitar 90 x 70 cm. Tembakau Madura ditanam dengan jarak 60 x 50 cm yang penanamannya dilakukan dalam dua baris tanaman setiap gulud. Jenis tembakau rakyat/rajangan umumnya ditanam dengan jarak tanam 90 x 90 cm dan penanamannya dilakukan satu baris tanaman setiap gulud, dan jarak antar gulud 90 cm atau 120 x 50 cm.

CARA PENANAMAN
Basahi dan sobek polibag lalu benamkan bibit sedalam leher akar
Waktu tanam pada pagi hari atau sore hari.

PENYULAMAN
Penyulaman dilakukan 1- 3 minggu setelah tanam, bibit kurang baik dicabut dan diganti dengan bibit baru yang berumur sama.

PENYIANGAN
Penyiangan dapat dilakukan bersamaan dengan pembumbunan yaitu setiap 3 minggu sekali.

PEMUPUKAN
Dosis tergantung jenis tanah dan varietas

Waktu Pemupukan 
Dosis Pupuk Makro (kg/ha)
 
Urea/ZA 
SP - 36 
KCl

Saat Tanam 

300 
-

Umur 7 HST 
300 

150

Umur 28 HST 
300 

150

TOTAL 
600 
300 
300

Ket : HST = hari setelah tanam

Penyemprotan POC NASA dosis 4-5 tutup / tangki atau lebih bagus POC NASA (3-4 tutup) dicampur HORMONIK (1-2 tutup) per tangki setiap 1- 2 minggu sekali.



PENGAIRAN DAN PENYIRAMAN
Pengairan diberikan 7 HST = 1-2 lt air/tanaman, umur 7-25 HST = 3-4 lt/tanaman, umur 25-30 HST = 4 lt/tanaman. Pada umur 45 HST = 5 lt/tanaman setiap 3 hari. Pada umur 65 HST penyiraman dihentikan, kecuali bila cuaca sangat kering.

PEMANGKASAN
Pangkas tunas ketiak daun dan bunga setiap 3 hari sekali
Pangkas pucuk tanaman saat bunga mekar dengan 3-4 lembar daun di bawah bunga

PENGENDALIAN HAMA DAN PENYAKIT

HAMA
a. Ulat Grayak ( Spodoptera litura ) Gejala : berupa lubang-lubang tidak beraturan dan berwarna putih pada luka bekas gigitan. Pengendalian: Pangkas dan bakar sarang telur dan ulat, penggenangan sesaat pada pagi/sore hari , semprot Natural VITURA

b. Ulat Tanah ( Agrotis ypsilon ) Gejala : daun terserang berlubang-lubang terutama daun muda sehingga tangkai daun rebah. Pengendalian: pangkas daun sarang telur/ulat, penggenangan sesaat, semprot PESTONA.

c. Ulat penggerek pucuk ( Heliothis sp. ) Gejala: daun pucuk tanaman terserang berlubang-lubang dan habis. Pengendalian: kumpulkan dan musnah telur / ulat, sanitasi kebun, semprot PESTONA.

d. Nematoda ( Meloydogyne sp. ) Gejala : bagian akar tanaman tampak bisul-bisul bulat, tanaman kerdil, layu, daun berguguran dan akhirnya mati. Pengendalian: sanitasi kebun, pemberian GLIO diawal tanam, PESTONA

e. Kutu - kutuan ( Aphis Sp, Thrips sp, Bemisia sp.) pembawa penyakit yang disebabkan virus. Pengendalian: predator Koksinelid, Natural BVR.

f. Hama lainnya Gangsir (Gryllus mitratus ), jangkrik (Brachytrypes portentosus), orong-orong (Gryllotalpa africana), semut geni (Solenopsis geminata), belalang banci (Engytarus tenuis).

Penyakit

a. Hangus batang ( damping off ) Penyebab : jamur Rhizoctonia solani. Gejala: batang tanaman yang terinfeksi akan mengering dan berwarna coklat sampai hitam seperti terbakar. Pengendalian : cabut tanaman yang terserang dan bakar, pencegahan awal dengan Natural GLIO.

b. Lanas Penyebab : Phytophora parasitica var. nicotinae. Gejala: timbul bercak-bercak pada daun berwarna kelabu yang akan meluas, pada batang, terserang akan lemas dan menggantung lalu layu dan mati. Pengendalian: cabut tanaman yang terserang dan bakar, semprotkan Natural GLIO.

c. Patik daun Penyebab : jamur Cercospora nicotianae. Gejala: di atas daun terdapat bercak bulat putih hingga coklat, bagian daun yang terserang menjadi rapuh dan mudah robek. Pengendalian: desinfeksi bibit, renggangkan jarak tanam, olah tanah intensif, gunakan air bersih, bongkar dan bakar tanaman terserang, semprot Natural GLIO.

d. Bercak coklat Penyebab : jamur Alternaria longipes. Gejala: timbul bercak-bercak coklat, selain tanaman dewasa penyakit ini juga menyerang tanaman di persemaian. Jamur juga menyerang batang dan biji. Pengendalian: mencabut dan membakar tanaman yang terserang.

e. Busuk daun Penyebab : bakteri Sclerotium rolfsii. Gejala: mirip dengan lanas namun daun membusuk, akarnya bila diteliti diselubungi oleh massa cendawan. Pengendalian: cabut dan bakar tanaman terserang, semprot Natural GLIO.

f. Penyakit Virus Penyebab: virus mozaik (Tobacco Virus Mozaic, (TVM), Kerupuk (Krul), Pseudomozaik, Marmer, Mozaik ketimu (Cucumber Mozaic Virus). Gejala: pertumbuhan tanaman menjadi lambat. Pengendalian: menjaga sanitasi kebun, tanaman yang terinfeksi di cabut dan dibakar.

Catatan : Jika pengendalian hama dan penyakit dengan pestisida alami belum mengatasi, dapat digunakan pestisida kimia sesuai anjuran. Agar penyemprotan pestisida kimia lebih merata dan tidak mudah hilang oleh air hujan tambahkan Perekat Perata AERO 810, dosis + 5 ml ( ½ tutup) pertangki

PANEN DAN PASCA PENEN
Pemetikan daun tembakau yang baik adalah jika daun-daunnya telah cukup umur dan telah berwarna hijau kekuning-kuningan.Untuk golongan tembakau cerutu maka pemungutan daun yang baik pada tingkat tepat masak/hampir masak hal tersebut di tandai dengan warna keabu-abuan. Sedangkan untuk golongan sigaret pada tingkat kemasakan tepat masak/masak sekali, apabila pasar menginginkan krosok yang halus maka pemetikan dilakukan tepat masak. Sedangkan bila menginginkan krosok yang kasar pemetikan diperpanjang 5-10 hari dari tingkat kemasakan tepat masak.
Daun dipetik mulai dari daun terbawah ke atas. Waktu yang baik untuk pemetikan adalah pada sore/pagi hari pada saat hari cerah. Pemetikan dapat dilakukan berselang 3-5 hari, dengan jumlah daun satu kali petik antara 2-4 helai tiap tanaman. Untuk setiap tanaman dapat dilakukan pemetikan sebanyak 5 kali.

Sortir daun berdasarkan kualitas warna daun yaitu:
a) Trash (apkiran): warna daun hitam
b) Slick (licin/mulus): warna daun kuning muda
c) Less slick (kurang liciin): warna daun kuning (seperti warna buah jeruk lemon)
d) More grany side ( sedikit kasar ) : warna daun antara kuning-oranye

Kamis, 06 April 2017

087 839 811 594 (xl) Perekat Perata Penembus Pesti sida Aero






Perekat Perata Penembus Pesti sida Aero


AERO-810 merupakan perekat-perata-pembasah terutama bagi pestisida (fungisida-insektisida-herbisida) juga untuk pupuk cair dengan fungsi antara lain :
1. Meningkatkan efektifitas / daya kerja penyemprotan pestisida, pupuk dan hormon dengan melekatkan dan meratakan butiran semprot pada daun sehingga tidak mudah menetes/hilang dan tercuci oleh hujan.
2. Menghemat pestisida, pupuk, hormon karena lebih banyak dan lama melekat /diserap di daun.
3. Meningkatkan daya kerja pestisida untuk hama berperisai dan yang kulitnya mengandung lapisan lilin.
4. Membantu membersihkan alat semprot dan tidak mengakibatkan penyumbatan nosel.
AERO-810 tidak banyak membentuk buih/busa, bersifat biodegradable, terurai secara alami sehingga aman bagi lingkungan.

Cara Pakai :
0,2 - 0,4 cc/liter atau 0,5 tutup/ tangki
Volume tutup + 10 cc
1 liter untuk + 5 - 6 ha/lahan

Bahan Aktif :
Polioksi Etilen Alkil Fenolic Ether 810 g/l

Mekanisme Kerja :
AERO-810 adalah bahan pencampur pestisida (insektisida, fungisida, herbisida) atau pupuk cair agar tegangan permukaan air menjadi rendah sehingga pestisida/pupuk cair menyebar lebih rata, menempel lebih kuat dan meresap lebih cepat di daun.

Petunjuk Keamanan :
Hindarkan dari makanan, air minum, dan jangkauan anak - anak.
Perekat Perata Penembus Pesti sida Aero